Back to Top

Hi, Guest!

  LOKASI :  Kabupaten Tangerang

Bergabung Selama :

BAGIKAN :   

Bagikan :
  • GAiD: Pemandu Keselamatan Berkendara

GAiD: Pemandu Keselamatan Berkendara

Update Terakhir
:
01 / 12 / 2019
Min. Pembelian
:
1 Unit
Dilihat Sebanyak
:
403 kali

Harga

CALL
Bagikan
:

Perhatian !

Perusahaan ini terdaftar sebagai Free Member. Hindari melakukan pembayaran sebelum bertemu penjual atau melihat barang secara langsung. COD (Cash On Delivery) atau bertemu langsung dengan penjual merupakan metode transaksi aman yang kami sarankan.

Detail GAiD: Pemandu Keselamatan Berkendara

Untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang produk ini, ada baiknya orang lain yang menceriterakan tentang produk tersebut. Di bawah ini ada artikel dari Koran Tempo 13 Mei 2008, sbb. (di korannya ada gambarnya, yang di sini gak ada): Kokpit F-16 di Mobil Sugiono Selasa, 13 Mei 2008 | 13:34 WIB TEMPO Interaktif, : Pengemudi mobil tak perlu repot mengira-ngira di jalur sempit, ketika macet, atau menghadapi jalan berlubang. "Gambar" di kaca depan bisa memandu. SERPONG - "Aplikatif banget!" Kalimat itu langsung diucapkan Amel, reporter sebuah stasiun televisi swasta, ketika baru turun dari mobil. Beberapa pekan lalu, Amel membawa para krunya mencoba "kokpit" di mobil pribadi Sugiono, peneliti di Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bersama si empunya mobil, mereka berkeliling kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang. Amel dan kawan-kawan membuktikan bahwa dengan minibus merah itu mereka mampu berkendara tanpa harus lelah mengira-ngira jarak, jangkauan ujung-ujung dan tepi mobil, serta arahnya. Sebaliknya, mereka bisa memastikan lubang-lubang tak terlindas dan gerbang sempit pun bisa dengan mulus dilewati. Tak ada rasa canggung, apalagi khawatir "senggolan". Sangat membantu pula untuk kondisi jalan macet khas ibu kota, juga kota besar lainnya, ketika jarak antarmobil bisa sangat rapat dan rawan menyerempet. Kokpit mobil milik Sugiono memang unik. Kaca depannya "dilukis" pakai garis-garis dari kaca film, lengkap dengan beberapa angka penunjuk jarak, dari 0, 5 sampai 120 meter. Kaca jadi sedikit "ternoda", memang, tapi seperti diungkapkan Amel, goresan penuh makna goniometri itu ternyata bermanfaat. Tekniknya yang menghitung kolaborasi antara garis pengukur jarak (Sugiono lebih senang menyebutnya garis bidikan) sudut kemiringan kaca, ketinggian mata pengemudi, dan lainnya itu terbukti mampu mengawal proses belajar mengemudinya sepuluh tahun lalu dengan sempurna. Proses ini dilaluinya tanpa menyisakan lecet-lecet di badan mobil Daihatsu Espass 1997, yang dibelinya dengan cara mencicil. "Saya menjadi mahir mendadak dalam menyetir mobil," katanya. "Saya tahu bagaimana menghindari persinggungan pintu gerbang dengan kaca spion atau badan minibus saya. Saya juga tahu bagaimana menghindari lubang dari lintasan ban kanan atau kiri." Sepintas, apa yang dibuat Sugiono begitu sederhana. Apalagi ia hanya menggunakan kaca film yang belakangan dikembangkannya menggunakan plastik translucent atau kaca susu, yang dibentuknya persegi mirip layar televisi di kaca depan, tepat di muka kursi pengemudi. Tapi sebuah kontes antarpeneliti berbagai bidang ilmu di lingkungan kerjanya pada 2000 membuktikan bahwa kokpitnya itu benar-benar bermanfaat. "Saat itu saya menyabet gelar juara," katanya mengungkapkan. Sugiono bisa berkreasi dengan kaca mobilnya itu gara-gara kesadaran 25 tahun lalu bahwa lingkungan kerja dan tempat tinggalnya terkucil dari keramaian kota. "Kalau mengantar anak ke klinik harus nebeng mobil teman. Lama-lama sungkan juga," katanya. Hingga akhirnya, sepulang dari belajar ke Kanada, Sugiono berniat memiliki mobil sendiri. Untuk itu, tentu saja Sugiono harus belajar mengemudikan mobil. Ia pernah menjajal, tapi nyalinya langsung ciut. Terutama ketika harus mengambil mobil barunya sendiri dari bilangan Kota. "Saya asal saja mengarahkan roda setir, antisipasi jarak, jangkauan, dan track-nya. Pokoknya asal jalan!" katanya. Sugiono tambah kesulitan ketika memasuki kawasan tempatnya bekerja, yang memiliki pintu gerbang sempit. Pengalaman sebelumnya, yang selalu berkendara dengan sepeda motor, membuat Sugiono tak mudah mengantisipasi apakah badan mobilnya menyerempet gerbang atau tidak. "Pakai sepeda motor tidak memerlukan antisipasi tambahan seperti menyetir mobil," katanya lagi. Sugiono menolak "menderita" lebih lama, otak penelitinya lalu bekerja mencari jalan pintas. Sebuah buku teks dari perpustakaan tentang kokpit pesawat tempur F-16 memberinya ide. Dari head-up display di kaca depan kokpit pesawat itu, yang sudah dilengkapi dengan proyeksi garis bidikan dinamis, menuruti posisi dan kedudukan kepala pilotnya, lahirlah goresan-goresan garis dan angka di kaca depan mobilnya. Eksperimen hitung-hitungan dikerjakannya di luar jam kantor. Bermodal komputer IBM Compatible dengan spesifikasi PC/XT pribadi, yang saat itu juga dibeli dengan mencicil, semangatnya menggebu seiring dengan keinginannya menguasai kemudi mobil. Awalnya, Sugiono menggunakan sablon, "Tapi malah bikin pusing karena mengganggu." Sablon lalu diganti dengan kaca film dan sekarang plastik translucent. Garis piramida pun kini sudah dikembangkan menjadi bentuk persegi untuk menyiasati ketergantungan perhitungan terhadap faktor tinggi mata si pengemudi. Artinya, dalam teknik sebelumnya, kokpit Sugiono hanya cocok untuk dirinya sendiri. Kalau ada orang lain yang meminjam mobilnya, misalnya, dasar hitung-hitungan kokpitnya harus diubah lagi. Stiker kaca film lama harus dikeletek dan ia mesti begadang dua malam membuat yang baru. "Tapi sekarang (yang model plastik translucent) sudah independen dari ketinggian orang," kata Sugiono. l wuragil Ada juga artikel lebih lengkap yang dimuat di Majalah Intisari Juli 2008 halaman 144-146 dan 148-150 sbb. (di majalah ini ada gambarnya, tetapi di sini tidak): INGAT NYETIR INGAT GAID Penulis: A. Bimo Wijoseno Intisari Juli 2008 Halaman 144-146; 148-151 Punya mobil baru tentu menyenangkan. Tapi buat siapapun, pengalaman menggelontorkan mobil ke jalan raya untuk pertama kalinya, pasti tidak mudah. Bukankah kondisi jalan sangat beragam? Ada yangs angat ramai, lebar, ada pula yang teramat sempit. Sopir yang sudah mahir pun masih bisa celaka, Cuma gara-gara salah memperhitungkan jarak mobilnya dengan mobil lain. Drs. Sugiono, seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengaku punya pengalaman serupa: kesulitan ketika pertama kali mengendarai mobil di jalan raya. Namun, ia bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ketika kesulitan datang, jiwa keilmuwanannya langsung bekerja. Berbekal ilmu yang dimiliki, ia memutar otak untuk menyiasati. Sugiono menguasai ilmu tentang cahaya. Dengan bekal itu, ia membuat panduan bagi pengendara mobil dengan basis ilmu goniometri atau ilmu ukur sudut. Ia menggunakan rumus sinus, cosinus, dan tangen. Ia mengukur di mana kira-kira sudut-sudut ban, bodi, bemper, spion dan jarak aman di depan. Semuanya diukur dengan menggunakan ilmu goniometri. Nah, hasil penghitungan tadi diwujudkan dalam bentuk garis-garis bantu yang ditempelkan pada kaca depan mobil. Garis-garis bantu itulah yang digunakan sebagai pedoman pengendara. Hasilnya, mengemudi jauh lebih gampang, cukup mengikuti petunjuk garis yang sudah ada. Dijamin tidak serempetan. Garis-garis ajaib ini oleh Sugiono diberi nama GAID. “GAID ini dibaca dengan lafal pengucapan bahasa Indonesia, yang berarti pemandu dalam bahasa Inggeris,” ujar Sugiono, sembari senyum-senyum. Tiru kokpit pesawat tempur Ide membuat GAID ini muncul ketika Sugiono sedang tugas belajar di Kanda. Waktu itu ia sedang melihat-lihat kokpit pesawat tempur F-16.. Ia kagum dengan teknologi yang digunakan pesawat ini. Apalagi saat pilot pesawat tetmpur itu sedang membidik sasarannya. Sang pilot tidak membidik sasaran dengan memicingkan sebelah matanya, karena jelas tidak mungkin dilakukan. Pilot pesawat tempur ini membidik sasarannya dengan menggunakan garis-garus panduan yang ada di kaca kokpit. Teknologi ini namanya head up display yang sudah ada sejak tahun 1982-an. Sugiono lantas berpikir, bagaimana cara membuat garis-garis panduan ini. Dengan latar belakang ilmu yang dimiliki, ia cukup tahu bagaimana proses pengukurannya. Selesai tugas belajar, saatnya Sugiono pulang ke tanah air di tahun 1987. “Kebetulan saat itu saya mau punya mobil,” kekehnya. Karena selama bertahun-tahun hanya mahir mengendarai sepeda motor, Sugiono merasa waswas dan khawatir ketika pertama kali mengendarai mobil barunya. Banyak sekali yang dipikirkan kerika menyetir mobil, seperti jarak bodi samping kiri-kanan, kemudian jarak bemper depan, belum lagi spionnya apakah menyerempet atau tidak. Saat itu juga, ia jadi teringat akan garis-garis panduan yang ada di kokpit pesawat tempur F-16. Sugiono lantas mencoba mengaplikasikan garis-garus panduan tadi di mobil kesayangannya, meskipun awalnya masih belum sempurna. “Saya sempat pusing juga setelah beberapa jam berkendara. Karena di dalam kendaraan jadi gelap, sementara di luar mobil terliat terang sekali,” jelasnya. Waktu itu Sugiono membuat cikal bakal GAID dengan kaca film yang dibolongi. Sehingga garis-garis panduannya menjadi warna terang. Setelah disempurnakan, kini justru garis panduannya yang terbuat dari kaca film, sehingga tidak membuat pengendaranya pusing tujuh keliling. Secara fisik, tampilan GAID tampak sangat sederhana, dan sepertinya bisa ditiru dengan mudah. Namun, sebenarnya cukup sulit membuatnya, karena membutuhkan hitung-hitungan tertentu. Sugiono pun tak ingin GAID dipalsukan. Ia lantas mencoba mematenkan hasil penemuannya ini. Tahun 1991, GAID didaftarkan paten, sambil terus dikembangkan. Tahun 1997, paten untuk GAID diterbitkan. Tahu jarak dengan pasti Dengan GAID, acara nyetir menjadi sangat memudahkan. Hal-hal yang dipikirkan ketika menyetir mobil, seperti jarak bodi samping kiri-kanan, kemudian jaak bemper depan, belum lagi sionnya apakah menyerempet atau tidak, dapat diketahui dengan pasti. Bahkan lintasan ban juga dapat diarahkan dengan tepat untuk menghindari lubang. Termasuk jarak aman sewaktu mengemudi mobil dalam kecepatan tinggi. Tidak pakai feeling atau kira-kira lagi. GAID yang dipasang pada kaca mobil ini mengikuti ukuran tinggi badan pengendaranya. Jadi, sifatnya sangat individual, sehingga sopirnya tidak bisa ganti-ganti. Bagaimana cara kerjanya? Di kaca mobil yang sudah dipasangi GAID akan tampak garis-garis horizontal/melintang dan angka 5, 10, 20, 60, dan 100. Angka-angka ini menunjukkan jarak dari bemper mobil kita ke jangkauan di depan. Pada saat mengendarai mobil dengan kecepatan 60 km/jam misalnya, jarak aman mobil kita dengan mobil di depan tak kurang dari angka 60 yang ada di kaca mobil kita. Dengan kata lain, jika kecepatan mobil 60 km/jam, jarak aman di depan mobil kita juga 60 m. Kemudian ada panduan tiga garis vertikal atau tegak lurus dengan simbol gambar ban mobil, bodi mobil dan spion di kiri dan kanan. Garis vertikal yang berada di kiri untuk panduan lintasan ban, bodi mobil, dan spion kiri. Garis vertikal yang berada di kanan untuk panduan lintasan ban, bodi mobil, dan spion kanan. Dengan hanya dipandu garis vertikal bersimbol ban mobil ini, Sugiono yakin mobil dapat lewat dengan mulus, tidak akan terperosok saat melewati jembatan yang hanya selebar ban mobil kiri-kanan misalnya. Garis panduan bersimbol ban mobil ini juga membantu pengendara memilih jalan yang dilaluinya. Misalnya jika di depan mobil ada lubang, bisa dengan mudah dihindari. Cukup mengarahkan kemudi dan garis lintasan ban, diusahakan tidak menyentuk lubang. Bisa menghindar ke kiri atau ke kanan. Hal ini berlaku untuk ban kiri atau ban kanan. Garis-garis vertikal bersimbol bodi mobil dan spion kiri dan kanan, berguna sebagai panduan pengendara agar bodi dan spion mobil tidak menyenggol benda atau kendaraan lain. Garis vertikal bersimbol bodi mobil sangat membantu pengendara menghindari benda-benda setinggi pintu mobil. Ia juga sangat memudahkan pengemudi kala memarkir mobil agar tidak versenggolan dengan mobil tetangga. Sedangkan gars bersimbol spion sangat bermanfaat ketika pengendara sedang memasuki lorong sempit agar spion tidak terantuk tembol atau tiang. Jika “garis”-nya tidak menyentuh tembol atau tiang, dipastikan spion tidak terantu tembok. Dengan bantuan GAID ini, lorong sempit jadi mudah dilalui, spion mobil aman, bodi mobil pun tetap mulus. GAID sudah diperkenalkan Sugiono sejak 1999. Tetapi saat itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Sugiono maklum akan kondisi ini, sehingga hasil temuannya tidak begitu disespon masyarakat. Sekarang hasil temuannya mulai dilirik lagi. Pemasangan GAID masih dilakukan secara manual, Sugiono pun masih mengukurnya sendiri. Untuk dipasang di mobil jenis minibus atau jip misalnya, GAID dihargai Rp 250.000,- sedangkan untuk mobil jenis sedan harganya Rp 300 000,-. Menurut Sugiono, memasang GAID di mobil sedang jauh lebih sulit karena posisi kaca mobil sedang yang lebih landai. Waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan pun dapat mencapai 3 jam. Sedangkan pada minibus pemasangan GAID hanya membutuhkan waktu 2 jam. Perawatan GAID cukup mudah. Untuk dapat terus berfungsi maksimal, ia hanya perlu dijaga kebersihannya, dengan cara-cara yang halus. Misalnya, dibersihkan menggunakan kemoceng atau “bulu ayam”. Bila basah, cukup dikeringkan dengan menggunakan lap kering. Ingat, pantang digosok, karena garis-garisnya bisa hilang. Sampai sekarang, GAID masi terus dalam pengembangan. Sugiono sedang mencoba mengembangkan GAID generasi baru, agar penggunaannya lebih universal. Sehingga tidak tergantu pada tinggi badan pengendaranya. “Tetapi yang ini masih belum dipatenkan. Jadi, masih saya rahasiakan,” ujarnya. Lirik Saja Garis-garinya Supaya GAID memberi manfaat maksimal, berikut tata cara penggunaannya: • Untuk menghindari persinggungan bodi mobil, garus bersimbol bodi terluar diusahakan tidak menyinggung sesuatu atau benda yang tampak di hadapan kita. Arahkan kemudi agar garis bersimbol bodi mobil terluar ini tidak bersinggungan dengan sesuatu atau benda. Kalau sudah tidak bersinggungan, mobil anda dijamin aman alias tidak akan menyerempet sesuatu. Kalau garis simbol bodi kiri saja atau garis simbol bodi kanan saja yang diperhatikan, kemungkinan terserempet atau menyerempet tetap ada. • Supaya spion mobil tidak mengalami senggolan dengan tembok atau benda lain ketika melewati jalan sempit, cukup perhatikan garis vertikal bersimbol spion. Cara kerjanya mirim cara kerja saat menghindari persinggungan bodi mobil. Bahkan, cukup dengan menjaga jarak garis persinggungan spion mobil ini, otomatis bodi mobil juga aman dari serempetan. Sebab, spion ‘kan bagian terluar dari mobil. Singkatnya, arahkan kemudi dan hindari sesuatu atau benda apa pun agar tidak mengenai garis simbol spion kiri dan kanan.
Tampilkan Lebih Banyak